-->

Teks Pantun: (Pengertian, struktur isi, ciri, kaidah kebahasaan dan contoh teks pantun)

Pantun pada umumnya digunakan untuk mengungkapkan segala macam perasaan atau curahan hati baik perasaan sedih,  senang, cinta maupun benci. Membaca pantun dengan berbalasan harus memperhatikan gaya pembacaan dan kejelasan pengucapan dalam kalimat. kalau membaca pantun sedih maka melafalkan dengan intonasi sedih, kalau pantun senang melafalkan pantun senang. Ketika melakukan kegiatan berbalas pantun ciptakanlah suasana santai dan gembira.kalau perlu kegiatan dilakukan di luar kelas.

Materi kelas yang mempelajari tentang pantun disampaikan di kelas XI pelajaran bahasa indonesia untuk kurikulum 2013 (kurtilas) pokok bahasan teks pantun, di artikel kali ini saya akan jelaskan kembali mengenai teks pantun sehingga anda mampu memahami struktur dan kaidah teks pantun, juga mampu menginterpretasi makna teks, pantun, baik secara lisan maupun tulisan.

 pada umumnya digunakan untuk mengungkapkan segala macam perasaan atau curahan hati baik p Teks Pantun: (Pengertian, struktur isi, ciri, kaidah kebahasaan dan contoh teks pantun)


Apa yang akan sampaikan di artikel kali ini adalah menyangkut Pengertian teks pantuk, struktur isi, ciri teks pantun kaidah kebahasaan dan juga contoh teks pantun. sehingga pembaca diharapkan mampu mengenali struktur isi teks pantun, ciri bahasa, pemahaman isi teks pantun, persamaan/perbedaan  struktur isi  dan ciri bahasa dua teks pantun, langkah-langkah penulisan teks pantun  ( menemukan topik, mengembang kan sesuai dengan struktur isi dan ciri bahasa), analisis isi teks pantun, analisis bahasa teks pantun, penyuntingan isi sesuai dengan struktur isi teks pantun, penyuntingan bahasa sesuai dengan:  ejaan, dan tanda baca dan lain sebagainya.

Pengertian teks pantun

Pantun adalah bentuk puisi lama yang terdiri atas empat larik, berima silang (a-b-a-b). Larik pertama dan kedua disebut sampiran. Larik ketiga dan keempat dinamakan isi. 

Menurut KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ), semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya) dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima atau sajak. Dua baris terakhir merupakan isi yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

Ciri-ciri teks pantun

Ciri-ciri teks pantun adalah sebagai berikut:
Pantun 2 atau bisa disebut sebagai pantun karmina ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
  • Satu bait terdiri dari dua baris
  • Setiap Satu baris terdiri dari 4-6 kata
  • Jumlah suku kata setiap Satu baris terdiri dari 8-12 suku kata
  • Pola Sajak  a-a
  • Baris pertama adalah sampiran
  • Baris kedua adalah isi.

Sedangkan pantun 4 baris atau pantun biasa ciri-cirinya:
  • Satu bait terdiri dari 4 baris
  • Baris 1 dan 2 merupakan sampiran atau pembayang
  • Baris 3 dan 4 merupakan isi
  • Satu baris terangkai dari 4-6 kata
  • Satu bait terdiri dari 8-12 suku kata
  • Bersajak a-a-a-a atau a-b-a-b

Struktur Teks Pantun

Struktur teks pantun sangat tergantung dengan jenis pantuan itu sendiri, misalnya teks pantun talibun, pantuan biasa dan karmina, struktur teksnya akan sedikit berbeda satu sama lain. namun biasanya strukturnya terdiri dan sampiran dan isi.

a. Struktur pantun biasa
Pantun biasanya pada umumnya memiliki 4 baris, dua baris pertama disebut sampiran dan 2 baris terakhir disebut sebagai isi, baris 1 dan 2 biasanya untuk membentuk rima, dan umumnya bagian sampiran ini tidak berhubungan dengan isi dari pantun terseubut, sedangkan baris 3 dan 4 biasanya merupakan isi pantun yang merupakan bagian dari tujuan pantun tersebut.

b. Pantun Karmina
Pantun karmina adalah pantun yang hanya berisi 2 baris saja, baris pertama disebut sampiran dan baris ke dua disebut isi, pantun ini umumnya memiliki pola teks a-a

c. Pantun talibun
Pantun talibun adalah pantun yang memiliki 6 baris, 3 baris pertama disebut seagai sampiran dan 3 baris berikutnya disebut isi

Kaidah Kebahasaan teks pantun

Sebuah pantun menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan makna yang ingin disampaikan. Struktur kebahasaan pada sebuah pantun sering juga disebut dengan struktur fisik. Struktur fisik tersebut mencakup diksi, bahasa kiasan, imaji dan bunyi yang terdiri atas rima dan irama.

1. Diksi 
Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Akan tetapi, diksi yang digunakan berbeda dengan pantun yang lahir pada zaman modern. Kata yang digunakan seringkali dihubungkan dengan berbagai sarana dan prasarana mutakhir. Berikut salah satu contohnya: Jalan-jalan ke pasar unik, Membeli baju dan handphone baru. Siapa gerangan wanita cantik, Yang tersenyum di hadapanku.

2. Bahasa Kiasan 
Bahasa Kiasan yaitu bahasa yang digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa kiasan di sini bisa berupa peribahasa atau ungkapan tertentu dalam menyampaikan maksud berpantun.

3. Imaji
Imaji atau citraan yang dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam pembuatan teks pantun. Pengimajian akan menghasilkan gambaran yang diciptakan secara tidak langsung oleh pelantun pantun. Oleh sebab itu, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat (imajinasi secara visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

Salah satu contohnya: Kalau pedada tidak berdaun Tandanya ulat memakan akar Kalau tak ada tukang pantun Duduk musyawarah terasa hambar Imaji yang dilukiskan pada pantun tersebut adalah imaji visual (melihat) dan imaji taktil (merasakan).

Imaji visual dapat dilihat pada baris pertama /Kalau pedada tidak berdaun//Tandanya ulat memakan akar/, seolah-olah pendengar melihat ulat memakan akar karena sudah tidak ada daun yang bisa dimakan pada tumbuhan pedada. Sementara itu, imaji taktil tergambar pada bagian isi /Kalau tak ada tukang pantun//Duduk musyawarah terasa hambar/. Hal ini membuat pendengar seolah-olah merasakan kehambaran dalam musyawarah tersebut karena tidak ada tukang pantun yang ber pantun.

4. Bunyi (Rima dan Irama)
Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun, sedangkan irama adalah turun naiknya suara secara teratur. Selain untuk memperindah bunyi pantun, bebunyian diciptakan juga agar penutur (pelantun) dan pendengar lebih mudah mengingat serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang terdapat dalam teks pantun jenis apapun.

Pemilihan dan susunan katanya ditempatkan sedemikian rupa, sehingga kata dalam pantun tidak dapat dipertukarkan letaknya atau diganti dengan kata lain yang memiliki makna yang sama. Selanjutnya adalah menyusun larik-larik yang sengaja diacak dan menentukan sampiran dan juga isi.

Langkah-langkah membuat teks pantun

Langkah-langkah untuk membuat teks pantun biasanya diawali dengan menentukan jenis pantun dan karakteristik pantun yang ingin dibuat, kemudian dilanjutkan dengan menentukan tema, menulis isi dan menentukan sampiran, sampiran dibuat terakhir karena akan sangat ditentukan oleh isi pantun yang akan disampaikan.

Berikut adalah langkah-langah membuat teks pantun:

1. Memahami karakteristik pantun
Karana teks pantun syarat akan kaidah dan aturan maka langkah pertama sebelum memulai menulis pantun adalah memahami karakteristik pantun, yaitu struktur dan kaidah bahasanya. dengan memahami karakteristik pantun, maka pantuan akan lebih mudah dibuat sesuai dengan tujuan yang ingin disampaikan.

2. Menentukan tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan termasuk pantun. Pilih jenis pantun yang di anggap menarik, seperti misalkan pantun pantun cinta, pantun agama, jenaka, pantun nasihat,  pantun teka-teki, pantun pendidikan dan pantun jenis lain sebagainya.

3. Menulis isi
Trik dalam menulis pantun yang paling mudah adalah menulis isinya terlebih dahulu secara berurut, baru setelah isinya diketahui maka langkah berikutnya baru menentukan sampiran.
Contoh:

....
....

Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati

4. Menulis sampiran

Langkah berikutnya setelah menulis ini adalah, menentukan sampiran untuk melengkapi isi yaitu baris ke 1 dan ke 2 dengan memperhatikan persamaanya. Contoh misalnya ditambahkan dengan dua kalimat : Pisang emas dibawa berlayar, masak sebiji di atas peti
sehingga secara lengkap menjadi sebuah teks pantun yang utuh seperti di bawah ini:

Pisang emas dibawa berlayar
 masak sebiji di atas peti

Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati

Contoh teks pantun

Berikut contoh teks pantun:

Air pasang bulanpun terang
Hanyutlah sampan dari jawa

Jika datang hati yang bimbang
Bagaikan hilang rasanya nyara
LihatTutupKomentar