BRAJAWIKALPA adalah putra ketujuh Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba. Ia mempunyai tujuh orang saudara kandung masing-masing bernama; Arimba/Hidimba, Dewi Arimbi, Brajadenta, Arya Prabakesa, Brajamusti, Brajalamatan dan Kalabendana.
Brajawikalpa mempunyai sifat perwatakan; pemberani, tangguh, setia, sedikit serakah dan tidak mempunyai pendirian yang tetap. Ia juga ikut mendungkung Brajadenta dan saudara-saudaranya yang lain ketika menentang Dewi Arimbi yang akan mengangkat Gatotkaca sebagai raja Pringgandani. Brajawikalpa juga ikut terlibat langsung pemberontakan yang dipimpin oleh Brajadenta dan Brajamusti, walau sebelumnya telah diperingatkan oleh Kalabendana.
Brajawikalpa sebenarnya hanya sekedar terintimidasi oleh dominasi kakak-kaknya seperti Brajadenta, Brajamusti dan Braja Lamadan. Dia kadang kala memihak Arimbi, kadangkala mendukung maksud jahat kakak-kakaknya. Kadang kala dia menentang kakaknya yang ingin merebut kembali tahta namun sebentar kemudian dia akan mengkeret ‘tak bernyali’ jika dibentak Brajamusthi atau Braja Lamadan.
Seorang dalang dengan memanfaatkan karakter Braja Wikalpa yang tidak punya pendirian akan mudah mengeksploitasi tokoh ini untuk keperluan mengembangkan konflik dan rumitan di dalam sebuah adegan. Misalnya dalam lakon Brajadenta Mbalelo. Kadang Braja terbelah dua kubu. Kalabendana yang lugu dan jujur jelas memihak pada Gatutkaca. Brajadenta, Brajamustu dan Brajalamadan memusuhi Gatutkaca. Brajawikalpa adalah poros tengah. Namun karena tekanan kakak-kakaknya, akhirnya ia ikut memberontak.
Dalam peperangan pemberontakan tersebut, Brajawikalpa tewas dalam pertempuan melawan Gatotkaca. Arwahnya menjelma menjadi ajian/kesaktian berujud perisai yang manunggal dalam punggung Gatotkaca.