Ka’bah yang terletak ditengah Masjidil Haram di Mekkah dengan bentuk bangunannya yang mendekati bentuk kubus. Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan sebagai patokan atau kiblat atau patokan arah untuk hal yang bersifat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia seperti shalat. Selain itu Ka’bah merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi bagi umat Islam pada saat musim haji dan umrah. Pada awalnya, Mekkah hanyalah sebuah hamparan kosong. Dari sejauh mata memandang yang kita lihat hanyalah pasir yang bergumul di tengah terik yang menyengat. Aliran air zam-zamlah yang pertama kali mengubah daerah gersang itu menjadi sebuah tempat kecil yang dimulainya peradaban kelompok baru dunia Islam.
Sejarah Ka'bah Di Mekkah
Ka’bah dinamakan sebagai Bayt al ‘Atiq merupakan bangunan yang dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah SWT. Di dalam Al Qur’an, surat Ibrahim ayat 37 bahwa situs suci Ka’bah telah ada pada saat Nabi Ibrahim yang menempatkan Siti Hajar dan Nabi Ismail ketika masih bayi di lokasi tersebut.
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim: 37)
Nabi Ismail adalah putra dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, dengan kaki mungilnya yang pertama kali menyentuh sumber mata air zam-zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail yang ketika itu ditinggal oleh Nabi Ibrahim ke Kanaan di tengah padang pasir, tiba-tiba banyak kedatangan musafir. Ada beberapa musafir yang memutuskan untuk tetap tinggal, namun ada juga yang beranjak pergi. Nabi Ibrahim yang datang dan kemudian menerima wahyu untuk mendirikan Ka’bah di kota tersebut. Ka’bah itu sendiri yang berarti tempat dengan penghormatan dan kedudukan yang tertinggi. Ka’bah yang didirikan oleh Nabi Ibrahim yang terletak tepat di tempat Ka’bah lama yang didirikan Nabi Adam hancur tertimpa dengan banjir bandang pada zaman Nabi Nuh.
Nabi Adam merupakan Nabi yang pertama kali mendirikan Ka'bah. Pada tahun 1500 SM yang tercatat adalah pada tahun pertama Ka'bah dan kembali didirikan. Berdua dengan putranya yang taat, Nabi Ismail, Nabi Ibrahim yang membangun Ka'bah dari bebatuan bukit Hira, Qubays, dan tempat-tempat lainnya. Semakin tinggi dari hari ke hari mereka membangun Ka'bah, dan akhirnya selesai dengan panjang 30 - 31 hasta, lebarnya 20 hasta. Pada awalnya bangunan tanpa atap, hanyalah empat tembok persegi dengan dua pintu. Di salah satu celah sisi bangunan yang diisi dengan batu hitam besar dikenal dengan nama Hajar Aswad. Batu ini tersimpan di bukit Qubays saat pada masa Nabi Nuh ketika banjir besar melanda. Batu ini sangat istimewa, karena batu ini diberikan oleh Malaikat Jibril.
Sampai pada saat ini, jutaan umat muslim dunia dapat mencium batu ini ketika saat menjalankan ibadah haji atau umrah, sebuah sejarah yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Setelah selesai dibangun, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyeru umat manusia agar berziarah ke Ka’bah yang didaulat sebagai rumah Allah SWT. Maka dari sinilah, awal mulanya haji, ibadah akbar bagi umat Islam di seluruh dunia. Karena Ka’bah tidak beratap dan temboknya yang rendah, sekitar dua meteran, barang-harang yang berharga di dalamnya sering sekali dicuri. Bangsa Quraisy yang memegang kendali atas Mekkah ribuan tahun setelah kematian Nabi Ibrahim yang berinisiatif untuk merenovasinya. Untuk melakukan hal tersebut, maka bangunan yang awal harus dirobohkan terlebih dahulu.
Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumy merupakan orang yang pertama kali merohohkan Ka’bah untuk membangunnya dan menjadi bangunan yang baru. Pada zaman Nabi Muhammad, renovasi juga pernah dilakukan pasca banjir besar melanda. Perselisihan tersebut muncul di antara keluarga-keluarga kaum Quraisy tentang siapakah yang pantas untuk memasukkan Hajar Aswad ke tempatnya di Ka’bah. Rasulullah SAW yang berperan penting dalam hal tersebut. Di dalam sebuah kisah yang terkenal, Rasulullah SAW meminta kepada keempat suku untuk mengangkat Hajar Aswad secara bersama dengan menggunakan secarik kain. Ide ini berhasil untuk menghindarkan perpecahan dan pertumbuhan darah di kalangan bangsa Arab. Renovasi terbesar yang dilakukan pada tahun 692.
Sebelum renovasi, Ka'bah yang terletak di ruang sempit dan terbuka di tengah sebuah masjid yang kini dikenal dengan Masjidil Haram. Pada akhir tahun 700-an, tiang kayu masjid diganti dengan menggunakan marmer dan sayap-sayap masjid diperluas, ditambah dengan beberapa menara. Renovasi yang dirasa perlu, untuk menyusul semakin berkembangnya Islam dan semakin banyaknya jamaah haji dari seluruh jazirah Arab dan sekitarnya. Wajah Masjidil Haram yang kini mulai modern dengan direnovasi pada tahun 1520 pada kepemimpinan Sultan Selim. Arsitektur pada tahun tersebut yang kemudian dipertahankan oleh kerajaan Arab Saudi sampai pada saat ini.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
Pada masa itu sempat terjadi perselisihan antara kepala suku atau kabilah yang lain ketika ingin meletakkan kembali batu Hajar Aswad, berkat penyelesaian Nabi Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan dengan baik tanpa harus ada pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan. Menjelang pada saat Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah. Dilingkungan Ka'bah yang penuh dengan patung yang merupakan suatu perwujudan dari Tuhan bagi bangsa Arab ketika saat masa kegelapan pemikiran (jahiliyah) sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan sebagai nenek moyang dari bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Allah SWT tidak diperbolehkan disembah yang diserupakan dengan benda atau makhluk apapun dan tidak mempunyai perantara untuk menyembahnya serta ia tunggal tidak ada yang menyerupainya dan ia tidak beranak dan tidak pula diperanakan (Surah Al-Ikhlash dalam Al-Qur'an).
Pada akhirnya Ka'bah dibersihkan dari patung-patung ketika Nabi Muhammad SAW telah membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah. Selanjutnya bangunan Ka’bah ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah yang sebagai pemegang kunci Ka’bah dan administrasi serta pelayanan haji yang diatur oleh pemerintahan baik itu pemerintahan khalifah Ahu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai pada saat ini yaitu pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.
Sekian uraian tentang Sejarah Adanya Ka'bah Di Mekkah, semoga bermanfaat.
Sebelum renovasi, Ka'bah yang terletak di ruang sempit dan terbuka di tengah sebuah masjid yang kini dikenal dengan Masjidil Haram. Pada akhir tahun 700-an, tiang kayu masjid diganti dengan menggunakan marmer dan sayap-sayap masjid diperluas, ditambah dengan beberapa menara. Renovasi yang dirasa perlu, untuk menyusul semakin berkembangnya Islam dan semakin banyaknya jamaah haji dari seluruh jazirah Arab dan sekitarnya. Wajah Masjidil Haram yang kini mulai modern dengan direnovasi pada tahun 1520 pada kepemimpinan Sultan Selim. Arsitektur pada tahun tersebut yang kemudian dipertahankan oleh kerajaan Arab Saudi sampai pada saat ini.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (Qs. Ali Imran: 96).Ka'bah yang disebut juga dengan Baitullah (Rumah Allah SWT) atau Baitul 'Atiq (Rumah Kemerdekaan). Dibangun tembok yang berupa segi empat yang terbuat dari batu-batu yang besar yang berasal dari gunung-gunung di sekitar Mekkah. Baitullah ini dibangun di atas dasar pondasi yang kokoh. Dinding-dinding di sisi Ka'bah ini diherikan nama khusus yang ditentukan berdasarkan nama negeri ke arah mana dinding itu menghadap, terkecuali satu dinding yang diberikan nama dengan sebutan "Rukun HajarAswad" Ada sudut (rukun) atau keempat dinding tersebut antaranya:
- Sebelah Utara Rukun Iraqi (Irak)
- Sebelah Barat Rukun Syam (Suriah)
- Sebelah Selatan Rukun Yamani (Yaman)
- Sebelah Timur Rukun Aswad (Hajar Aswad)
Pada masa itu sempat terjadi perselisihan antara kepala suku atau kabilah yang lain ketika ingin meletakkan kembali batu Hajar Aswad, berkat penyelesaian Nabi Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan dengan baik tanpa harus ada pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan. Menjelang pada saat Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah. Dilingkungan Ka'bah yang penuh dengan patung yang merupakan suatu perwujudan dari Tuhan bagi bangsa Arab ketika saat masa kegelapan pemikiran (jahiliyah) sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan sebagai nenek moyang dari bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Allah SWT tidak diperbolehkan disembah yang diserupakan dengan benda atau makhluk apapun dan tidak mempunyai perantara untuk menyembahnya serta ia tunggal tidak ada yang menyerupainya dan ia tidak beranak dan tidak pula diperanakan (Surah Al-Ikhlash dalam Al-Qur'an).
Pada akhirnya Ka'bah dibersihkan dari patung-patung ketika Nabi Muhammad SAW telah membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah. Selanjutnya bangunan Ka’bah ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah yang sebagai pemegang kunci Ka’bah dan administrasi serta pelayanan haji yang diatur oleh pemerintahan baik itu pemerintahan khalifah Ahu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah, Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai pada saat ini yaitu pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.
Sekian uraian tentang Sejarah Adanya Ka'bah Di Mekkah, semoga bermanfaat.
Referensi:
- Salsabila, AN. 2015. 1001 Fakta Dahsyat Mukjizat Kota Makkah. Jakarta: Lembar Langit Indonesia.